Friday, June 1, 2007

S.O.S (Kita semua butuh bantuan)

Sebenarnya judul ini sudah saya pikirkan beberapa hari lalu (setelah membaca blog mengenai dosa asal), saya menjadi yakin bahwa kita semua butuh bantuan.

Minggu lalu salah seorang teman saya menceritakan mengenai rekan kerja kantornya yg suka mencari perhatian, selain itu tindakannya jg tercermin kurang dewasa. (note: bukan gossip)
Trus, yg nenariknya si X ini sudah berusia kepala 4 dan memiliki anak. Yg menjadi pertanyaan teman saya itu adalah bgmana si X ini membawa diri di keluarganya. Apakah ia menjadi patokan yg baik bg anaknya.

Ya, kita semua butuh bantuan, hanya terkadang kita tidak tahu harus minta tolong kpd siapa. Hari ini setelah selesai ngurusin beres2 pindahan kantor, berhubung saya berada di departemen IT yg merangkap menjadi seksi sibuk, yg urusan packing semua komputer user sampai ngatur2 mobil semua diborong.
Kemarin malam dengan bantuan office boy akhirnya selesai packing. Pagi harinya saya sudah menjadwalkan mobil kantor untuk transport.
Tp yg namanya rencana kadang tdk berjalan mulus. Paginya saya kebagian 'bantuin' dept. Keuangan buat cariin jasa mover buat pindahin (keuangan jg termasuk dept yg ikut dgusur).

Akhirnya saya pikir ok lah toh masih pagi jg. Setelah cari d koran terbitan kemarin saya menemukan kolom jasa pindahan. Setelah itu saya minta bantuan sketaris bos untuk cek no2 yg ada d kolom iklan tersebut.
Setelah disortir akhirnya terpilih tiga perusahaan jasa mover. Setelah melalui proses negosiasi kita memilih satu jasa mover yg menurut pandangan saya bonafit(soalnya saya tidak mau repot nantinya).

Ternyata stlh deal awal, ini orang minta tambah, meskipun hal tersebut masi wajar. Ok akhirnya masalah mover selesai. Saya sudah molor 3 jam dr jadwal.
Ketika mau berangkat, bos ngajakin pada makan bareng. Akhirnya molor lg deh.
Selesai makan jam 2, pulangnya ke kantor jalanan macet, biasa jakarta. Si jasa mover sudah bbrapa kali telp.

Akhirnya, setelah barang yg mau diangkut dibuat listnya, barang dimuat ke mobil. Sambil beresin jaringan dan server buat user yg stay di jakarta, gwa terima telp. dr pihak pengelola gedung (yg kontrol muat saya minta bantu kabag keuangan, jd tdk ikut pantau) menginformasikan bahwa jam 4 area bongkar muat ga bisa dpakai, hrs setelah jam 5.30.
Karena sebelumnya gwa sudah ngurus administrasi sama pimpinannya pengelola, lgs saja gwa hubungi piminannya tsb, alhasil mover tetap bs kerja. Tp lift hrs djaga security. Gwa br tahu lift tersebut bisa dilock.
Jadi langsung dr lt 18 ke basement. Tapi namanya budaya Indonesia, biasalah, si satpam minta uang rokok.

Setelah muatan masuk semua. Ternyata masih harus menyediakan surat jalan, untuk administrasi gedung . Akhirnya berangkat dr jakarta jam 6. Terjebak macet pula. Sampai d karawang jam 8.20.

Apa yg dpelajari hari ini? Harus persiapan matang jauh2 hari termasuk faktor lain yg d luar urusan kita.
Ada pepatah cina mengatakan sblm berperang sudah hrs memikirkan tujuh langkahnya dulu.
Untung gwa masi dibantu sama kabag akunting buat ngatur2 bongkaran muatan mrk. Wah kalo tdk dbantu bisa ga beres kerjaan. Tinggal bsk lg pasang dan seting ulang komp karawang. Wah lembur lg.

Jadi, sebagian besar sebenarnya bisa kita selesaikan dengan cara kita sendiri, namun akan lebih efektif jika ada yg membimbing. Contoh diatas adalah ilustrasi bagaimana tidak efektifnya menangani suatu masalah, saat kita melakukannya untuk pertama kali-atau masih tidak berpengalaman. Banyak hal-hal yg ternyata luput dari perencanaan kita.

Dari ilustrasi saya tersebut, masalah masih bisa diselesaikan dengan mudah. Namun untuk hal-hal yg sudah menjadi budaya (misalnya perilaku kita) bagaimana kita menanggulanginya.
Bagaimana kita menyikapi hidup? Kita semua butuh bantuan, baik dari seorang 'guru', teman, atau siapa saja. Memang kadang kita merasa bisa menyelesaikan semuanya sendirian, namun akan lebih efektif, bila kita mendapatkan bantuan (atau petunjuk) dari yg lebih berpengalaman.

Jadi carilah 'guru' hidup kita masing-masing. Supaya bisa menyikapi masalah hidup lebih positif, dan menjadi dewasa yg sebenarnya.

No comments: